Langsung ke konten utama

Fajar Online - Dua Mobil Jemput Pemilik Sabu-sabu

Dua Mobil Jemput Pemilik Sabu-sabu 
Diduga "Orang Dalam" Bandara Terlibat 


LAPORAN: YUSUF SAID-AMRULLAH BASRI

MAKASSAR, FAJAR -- Ho Kha Che, 46, pemilik 6 kilogram lebih sabu-sabu yang disita di Bandara Hasanuddin, Jumat 1 Juli, berhasil lolos meninggalkan bandara Hasanuddin dengan sangat mudah. Dari kamera Close Circuit Television (CCTV) bandara, terekam dengan jelas penjemputan warga negara Taiwan ini terencana dengan sangat matang, dan melibatkan banyak orang.

Setelah lolos dari interogasi pihak imigrasi, investor ikan yang baru sekali ini menginjakkan kakinya di Makassar, keluar melalui pintu kedatangan. Di area penjemputan, dua lelaki dengan perawakan berbeda sudah menunggu. Salah satunya mengenakan topi, berperawakan cukup tegap. Satunya, berperawakan lebih kecil.

Satu dari dua lelaki itu memiliki ciri sangat mirip salah satu "pemain narkoba lama" yang sudah cukup dikenali oleh para pemburu bandar narkoba (polisi). Pemain lama itu kabarnya memiliki seorang istri kelahiran Tarakan, tapi sudah mengantongi kewarganegaraan Malaysia.

Ketika Ho sudah keluar, keduanya langsung menghampiri. Berbincang sejenak, lalu bergerak menuju jalan aspal di depan area penjemputan, dan menyeberang. Sampai di jalan sebelah atau jalur kendaraan penjemput penumpang yang menuju basement, keduanya berhenti, menunggu sejenak.

Tak lama berselang, dari parkiran dua kendaraan yang tidak begitu jelas jenis dan nomor polisinya, bergerak mendekati. Ho Kha Che dan salah satu penjemputnya naik di mobil pertama. Penjemput lainnya naik di mobil yang membuntuti. Tidak bisa diketahui dengan pasti, berapa jumlah penjemput lain yang menunggu bersama sopir di dalam mobil. Kedua kendaraan roda empat itu bergerak beriringan meninggalkan bandara.

Drama penjemputan Ho ini terekam lebih dari empat kamera CCTV bandara Hasanuddin. Rekaman CCTV ini oleh pihak Angkasa Pura I diakui sudah diserahkan ke aparat kepolisian untuk kepentingan penyelidikan.

Kuat dugaan, lolosnya Ho tidak terlepas dari keterlibatan "orang dalam". "Orang dalam" ini bahkan diduga kuat ikut berkomunikasi dengan kedua lelaki penjemput yang sudah menunggu lebih dulu.

Ho saat itu sempat diinterogasi oleh pihak imigrasi bandara sesaat setelah turun dari pesawat. Di saat bersamaan, bea dan cukai sedang melakukan pengintaian tas ransel berisi sabu-sabu di area baggage claim (pengambilan bagasi), sembari menunggu Ho, sang pemilik.

Tapi, Ho diduga mendapat penyampaian oleh "orang dalam" agar tidak mengambil barangnya karena sudah diintai oleh petugas bea cukai. Makanya, Ho dengan yakin memilih meninggalkan barang senilai Rp12 miliar tersebut di konveyor(mesin penggerak di mana barang bagasi diletakkan) bandara Sultan Hasanuddin.

Direktur Direktorat Narkoba Polda Sulsel, Kombes Pol Oneng Soebroto enggan mengomentari lebih jauh terkait informasi dari rekaman kamera CCTV bandara ini. Oneng malam tadi sedang berada di Jakarta. Dia mengakui copy rekaman tersebut memang sudah berada di tangan polisi, namun belum sempat dipelajarinya lebih jauh.

Polisi terus mengintensifkan pengejaran kepada Ho. Polisi curiga Ho masih disembunyikan oleh jaringannya, dan masih berada di Makassar. Seluruh titik dimana Ho berpeluang melarikan diri dijaga ketat oleh kepolisian. Bandara, pelabuhan, dan pelabuhan rakyat, diawasi dengan ketat. "Kami berharap bisa berhasil melakukan pengejaran," tegas Oneng.

Polisi juga perlu lebih mengintensifkan penjagaan di jalan raya, utamanya jalur antarprovinsi. Ho bersama jejaringnya bisa saja mencoba meninggalkan Makassar bahkan Sulsel, menggunakan kendaraan pribadi, untuk kemudian melanjutkan perjalanannya melalui pelabuhan di provinsi lain.

Ho lolos kendati sempat diinterogasi aparat imigrasi di bandara mencerminkan lemahnya koordinasi antar instansi di bandara terkait pengawasan orang dan barang masuk. Sekretaris DPD Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Sulsel, Frangky Asyirie, meminta agar pihak Otoritas Bandara kelas I Hasanuddin Makassar introspeksi diri, dengan mengevaluasi peralatan dan sistemnya. 

Ketua DPC Granat Makassar, Supriansa, juga mengingatkan agar pihak Otoritas Bandara menciptakan sistem pengawasan yang lebih terpadu dan melibatkan banyak pihak. Seperti di bandara lain, sudah ada satgas pengawasan terpadu yang melibatkan badan narkotika serta kepolisian setempat. 

Tapi, hasil pertemuan tertutup yang dipimpin Otoritas Bandara dihadiri Angkasa Pura I, Imigrasi, serta Bea Cukai, berkesimpulan lain. Mereka menganggap satgas yang kabarnya sudah terbentuk di bandara internasional lain di Indonesia, belum dibutuhkan di Bandara Hasanuddin. Sikap menutup diri atas keterlibatan pihak di luar yang sudah ada di bandara ini, berdasar pada sudah adanya Tim Fal (fasility) yang terang-terangan sudah diperdayai oleh Ho. "Yang terpenting, semua harus menjalankan tupoksinya," sebut Kepala Otoritas Bandara Kelas I Hasanuddin M Sidabutar.

Frangky Asyirie dan Supriansa juga mengingatkan agar Polda Sulsel bisa secepatnya melakukan pemusnahan barang bukti. Tapi sebelum dimusnahkan harus dilakukan penimbangan ulang dan pengecekan ulang keaslian barang haram tersebut. "Jangan sampai ada lagi yang bermain, hanya untuk keuntungan semata namun merusak citra institusi," sebut Frangky. (abg)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUDAH SAATNYA KPK MEMBIDIK KENAKALAN BANK PEMERINTAH

  Juli 31, 2017   Jurnalpolice.id “SBI yang diterbitkan tahun 2012 sebanyak 9.000 lembar itu, masing-masing lembar bernilai Rp 500 milyar. SBI tersebut diteken oleh Gubernur Bank Indonesia yang saat itu dijabat oleh Darmin Nasution . Kini ia menjabat Menteri Koordinator Perekonomian dalam Kabinet Kerja Jokowi” Tak sedikit berita yang beredar, nasabah bank kehilangan uangnya baik dalam jumlah kecil maupun besar. Ada pembobolan melalui atm adapula melalui sistem transaksi antar bank. KYC (Know Your Costumer) bank umumnya disalahgunakan untuk memanfaatkan kekurangan nasabah. Seorang konsultan keuangan senior berbasis di Hong Kong yang kini bermukim di Jepang Desmond Conway mengatakan, begitu banyak dana investasi yang dikirim ke bank di Indonesia tetapi hilang lenyap tak berbekas hingga kini. Sedangkan bank pengirim sudah dengan tegas menyatakan bahwa uangnya sudah terkirim dengan baik. Barangkali pernyataan di atas ada hubungannya dengan isu yang beredar bahwa sedikit